Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh..
Alhamdulillah sehingga sekarang masih lagi DIA yang MAHA PENCIPTA pinjamkan nikmat-nikmat kehidupan sehingga diri ini boleh terus menjalani hari-hari kehidupan seperti biasa, syukur Alhamdulillah ya ALLAH.. TanpaMU aku lemah dan tanpaMU mungkin diriku langsung tak dapat rasai nikmat ENGKAU..
Syukur Alhamdulillah.. Di sebalik kedukaan dalam menghadapi liku-liku perjalanan hidup yang penuh dengan onak duri dugaan ENGKAU telah gantikan kedukaan itu dengan perasaan yang beralunan keriangan.. Sungguh hebat perancanganMU ya ALLAH.. Sungguh menakjubkan.. (^__^)
Salam maulidur Rasul kepada semua sahabat seperjuangan.. Sejauh mana kita sayangkan Nabi kita yakni kekasih ALLAH, yang semasa baginda masih hidup baginda hanya risaukan tentang kita selaku umatnya, sedar kah kita semua itu.. adakah kita sebagai umatnya merinduinya.. katakanlah saya rindu kepada mu wahai kekasih ALLAH.. I miss you a lot..
Kali ni kita berkongsi detik-detik Kekasih ALLAH menghadapi sakaratul Maut. sungguh hebat baginda kerana belum melihat kita tetapi baginda sangat kasih kepada kita.
Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya. Usman menghela nafas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-d! alam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba.
"Rasulullah akan meninggalkan kita semua,"keluh hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan tugasnya didunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan cergas menangkap Rasulullah yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari mimbar. Disaat itu, kalau mampu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu. Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup. Sedang didalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.
Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.
Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ! ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?"
"Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.
"Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar m! enanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.
"Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: ‘Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Ra! sulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini." Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.
"Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," ka! ta Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, kerana sakit yang tidak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku."Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya.
"Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku, peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu." Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
"Ummatii, ummatii, ummatiii?" - "Umatku, umatku, umatku" Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.
4 comments:
صَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
"sesungguhnya orang yang paling dekat
denganku pada hari kiamat, adalah orang
yang paling banyak berselawat kepadaku"
(Al-Nasa'i & Ibnu Hibban)
maka jom berselawat ke atas RASULULLAH S.A.W!!!
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ
kami sungguh merinduimu ya RASULULLAH S.A.W..
Ya nabi salam alaika
Ya rasul salam alaika
Ya habib salam alaika
Solawatullah alaika
Ya rasul kau bawa cahaya
Menyinari alam buana
Bumi tandus
Subur kembali
Rasa gembira di hati
Lahirmu membawa rahmat
Memimpin ke jalan selamat
Akhlakmu yang sungguh memikat
Contoh buat seluruh umat
Mulianya pengorbananmu
Kebaikan yang kau seru
Biarpun halangan menimpa
Namun dirimu tetap tabah
Ya Muhammad yang berjasa
Quran dan sunnahlah pusaka
Menjadi panduan manusia
Untuk hidup aman sentosa
Sanah helwa ya Rasulullah... salam selawat.
nice blog :)
Post a Comment